Kamis, 29 Desember 2016



PAPER KULIAH BIOMETRIKA

MODEL SIMULASI ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GETAH PINUS PT GARAHAN PERUM PERHUTANI UNIT II
 JAWA TIMUR 

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Anggota:
1.      Gasa Taufik Ridhla            E14130095
2.      Katimatus Sa’adah             E14130101
3.      Dea Marchia Ivone             E14130109
4.      Ferina Kusumaningtyas     E14130112
5.      Ditas Ditania Yudhisti        E14130113
6.      Raka Aditya Wibisono       E14130114
7.      Nur’el Ayuningdyah           E14130116
8.      Lintang Cahyaningrum     E14130117
9.      Ariya Dwi Cahya                E14130118

Dosen
Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS

                                                                                                            





DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016





PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Paradigma baru sektor kehutanan memandang sumber daya hutan mempunyai potensi multi fungsi yang dapat memberikan manfaat ekonomi, lingkungan dan sosial bagi kesejahteraan umat manusia. Sumber daya hutan juga bersifat multi guna dan memuat multi kepentingan serta pemanfaatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Manfaat tersebut bukan hanya berasal dari Hasil Hutan Kayu yang hanya memberikan sumbangan 20%, melainkan juga manfaat hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan jasa lingkungan (pemanfaatan aliran air, pemanfaatan air, wisata alam, perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan), yang memberikan sumbangan terbesar yakni 80 %, namun hingga saat ini potensi HHBK tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal (Permenhut 2009).
            Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) menurut Permenhut tersebut adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani dan turunannya yang berasal dari hutan kecuali kayu. Produk HHBK ini mencakup (1) hasil nabati beserta turunannya seperti kayu, rotan, bambu, rerumputan, tanaman obat, jamur, getah-getahan, bagian atau yang dihasilkan tetumbuhan; dan (2) hasil hewani beserta turunannya seperti satwa liar dan hasil penangkarannya, satwa buru, satwa elok, serta bagian atau yang dihasilkan hewan hutan. Gondorukem dan terpentin adalah salah satu hasil hutan bukan kayu yang berasal dari getah pinus yang memiliki prospek yang cerah. Pemanfaatan HHBK pada umumnya masih bersifat tradisional dan masih menghadapi banyak kendala pengembangannya baik pada aspek budidaya, skala ekonomi, penanganan pasca panen, pengolahannya sederhana, rendahnya daya saing, kualitas produk serta pemasaran lokal. Pemungutan HHBK lebih banyak dilakukan secara manual (non-mekanis) yang tidak menimbulkan dampak kerusakan lingkungan.
Secara ekonomis HHBK memiliki nilai ekonomi tinggi dan berpeluang untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Walaupun memiliki nilai ekonomi tinggi namun pengembangan usaha dan pemanfaatan HHBK selama ini belum dilakukan secara intensif sehingga belum dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat (lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.21/Menhut-II/2009). Akan tetapi, selama ini HHBK hampir tidak tersentuh dalam kegiatan kehutanan yang masih mengandalkan hasil hutan kayu baik dari hutan alam maupun dari hutan tanaman. Padahal potensi pemanfaatan yang bernilai ekonomis sangat besar yang perlu digali dan pengelolaan perlu dioptimalkan (Suharisno 2009). Dengan pengembangan pengelolaan HHBK diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan pemodelan sistem untuk simulasi pengelolaan hasil hutan bukan kayu di PGT Garahan Perum Perhutani II Jawa Timur

Tujuan
Tujuan dari paper ini adalah menyusun dan membuat model simulasi pengelolaan hasil hutan bukan kayu dan menganalisis biaya produksi serta kelayakan usaha dari PGT Garahan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur
Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.      Model simulasi pengelolaan hutan ini diharapkan dapat membantu dan
memberikan masukan bagi perusahaan dalam pengelolaan hasil hutan dalam
rangka meningkatkan pendapatan perusahaan.
2.      Memberikan informasi mengenai hasil hutan bukan kayu yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di PGT Garahan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

Rumusan Masalah
Pengelolaan usaha di PGT Garahan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur tidak hanya harus mampu menghasilkan pendapatan bagi perusahaan namun juga harus mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pengembangan pengelolaan hasil hutan akan meningkatkan hasil berupa manfaat ekonomi yang lebih besar bagi perusahaan maupun masyarakat di sekitar hutan. permasalahan pokok dalam paper ini adalah  apakah pengelolaan hutan saat ini sudah mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Bagaimana perusahaan dapat memilih skenario pengelolaan hutan melalui simulasi yang dapat memprediksi hasil produksi gondorukem dan terpentin dan memprediksi kerugian. Sehingga dibutuhkan suatu analisis manfaat dan biaya dari beberapa variabel ekonomi melalui pendekatan pemodelan sistem.

Hipotesis
            Model pengelolaan di PGT Gaharan Perum Perhutani Unit II Jawa timur yang layak diusahakan dan memberikan manfaat untuk perusahaan dan masyarakat sekitar adalah model pengelolaan usaha hasil hutan bukan kayu gondorukem dan terpentin. Model pengelolaan ini diduga dapat memberikan hasil produk gondorukem dan terpenting yang tinggi.

METODOLOGI

Waktu dan Lokasi
Lokasi penelitian dilakukan di KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.    

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pembuatan paper ini adalah alat tulis, software stella 9.0.2 sedangkan bahan yang digunakan dalam pembuatan paper ini adalah data sekunder yang berkaitan dengan pengelolaan usaha hasil hutan bukan kayu gondorukem dan terpentin di PGT Gaharan Perum Perhutani Unit II Jawa timur
Metode Pengumpulan Data
Paper ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari internet dan pengalaman praktikum
Prosedur Analisis Data
Prosedur analisis data meliputi:
1.      Melakukan formulasi model konseptual yaitu antara lain : Persiapan tujuan, Batas sistem, Penggolongan komponen (state variable/stock, driving variable, konstanta, auxiliary variable, material dan informasi transfer, source and sink), Identifikasi hubungan antar komponen, Penyajian model konseptual, Penggambaran perilaku model yang diharapkan.
2.      Spesifikasi model kuantitatif : Pemilihan model, Penetapan Basic Time Unit, Identifikasi Bentuk Persamaan Hubungan antar variable, Pendugaan parameter persamaan, Penyajian model persamaan
3.      Evaluasi model : menilai struktur dan hubungan fungsional yang ada dalam model, mengevaluasi apakah perilaku model sesuai yang diharapkan, menguji hasil dugaan model dengan data yang dikumpulkan dari sistem nyata, dan melakukan analisis kepekaan.
4.      Penggunaan Model
a.       Melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah disusun
b.      Melakukan pendugaan terhadap parameter penting
c.       Melakukan simulasi melalui perubahan input untuk mengetahui perubahan perilaku model
d.      Melakukan percobaan untuk perbaikan manajemen

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan
Isu yang diangkat pada model yang digunakan di laporan ini mengangkat tentang tabungan yang didapatkan dari pendapatan petani getah pada hutan rakyat dengan mengembangkan usahanya dengan getah tersebut. Tujuan dari pembuatan model pada laporan ini yaitu mengetahui NPV dan BCR untuk mendapatkan nilai dari tabungan yang didapatkan oleh petani. Pembuatan model ini memperhatikan volume produksi getah, jangka waktu, suku bunga dan jangka waktu pengelolaan.
Batasan-batasan yang digunakan dalam penyusunan model simulasi ini antara lain:
1.        Lokasi, yaitu lahan milik PGT Garahan, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
2.        Pohon Pinus dimanfaatkan getahnya, yaitu dalam bentuk Terpentin dan Gondorukeun
3.    Kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dilihat dari hasil produksi dalam periode 2 tahun produksi.
4.        Presentase pertumbuhan adalah presentase dari produksi getah
5.        Volume produksi getah merupakan penjumlahan volume produksi gondorukem dan terpentin
6.        Harga terpentin dan gondorukem ditentukan berdasarkan analisa model yang dibuat.
7.  Pendapatan merupakan besarnya pemasukan pengelolaan getah pinus setelah dikurangi biaya-biaya pengeluaran dalam pengelolaan hutan pinus.
8.        Pemasukan merupakan besarnya uang (manfaat) dari getah pinus dalam satu kali produksi
9.    Pengeluaran merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk produksi getah pinus pada periode yang telah ditetapkan
                                  

Formulasi Model Konseptual
Konseptualisasi model dilakukan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh terhadap model yang akan dibuat. Konseptualisasi model dilakukan dengan mengidentifikasikan semua komponen yang terlibat dalam pemodelan dan mengelompokannya ke dalam beberapa bagian.  Model simulasi pengelolaan hutan ini hanya terdiri dari dari model utama yaitu model pengelolaan usaha getah pinus

Spesifikasi Model Pengelolaan Usaha Getah Pinus
Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK yang berasal dari pengolahan getah pinus adalah jenis Gondorukem dan terpentin. Gondorukem digunakan sebagai bahan baku yang penting bagi industri-industri batik, kulit, sabun cuci, cat, isolator, kertas dan vernis. Sedangkan terpentin digunakan untuk bahan industri cat dan vernis, ramuan semir sepatu, pelarut bahan organik, bahan pembuatan kamper sintetis serta kegunaan lainnya. Analisis biaya pengolahan getah pinus dilakukan untuk menentukan struktur biaya perusahaan dalam kegiatan produksi. Produksi gondorukem dan terpentin yang dianalisis oleh praktikan berlokasi di pabrik gondorukem dan terpentin garahan, perum perhutani unit II Jawa Timur. Besarnya volume produksi getah pinus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur yakni 12216.141 ton/tahun. Besarnya nilai inflow untuk kegiatan produksi getah pinus  merupakan hasil perkalian antara persentase pertumbuhan yakni sebesar 0.35% dengan volume produksi getah pinus. Dengan demikian akan diperoleh nilai inflow untuk produksi getah pinus sebesar 6252 ton/tahun. Sedangkan variable yang mempengaruhi outflow adalah persentase pertumbuhan yakni sebesar 0.35% , Kapasitas produksi getah maksimal yakni sebesar 18000 dari volume produksi getah pinus.  Volume produksi getah pinus sendiri merupakan hasil akumulasi dari volume produksi gondorukem dan volume produksi terpentin.
Volume produksi terpentin adalah hasil perkalian antara 0.149 dengan volume produksi getah pinus. Volume produksi gondoruken merupakan hasil perkalian antara 0.176 dengan volume produksi getah pinus. Pemasukan untuk terpentin sebesar Rp 44.175.600000. Nilai tersebut  merupakan hasil perkalian dari volume terpentin yang berhasil disadap terhadap harga  yang berlaku di pasaran. Harga terpentin yang berlaku di pasar yakni Rp 16.600.000. Besarnya pemasukan untuk gondoruken merupakan hasil perkalian antara volume gondurukem yang disadap terhadap harga gondorukem dipasar. Sehingga nilai pemasukan perusahaan untuk hasil gondorukem yakni sebesar Rp. 8.95×1010 . Dengan demikian akan diperoleh nilai pemasukan getah pinus perusahaan secara keseluruhan yakni dengan menjumlahkan pemasukan terpentin dan gondorukem, kemudian  mengalikannya suku bunga yang berlaku sebesar 0.1% serta jangka waktu kegiatan yakni selama 1 tahun. Besarnya nilai pemasukan untuk getah pinus di Perum Perhutani unit II Jawa Timur yakni  Rp. 3.46 ×1011  .
Biaya pengeluaran untuk kegiatan penyadapan getah pinus terdiri dari biaya tetap sebesar Rp. 9.336.902,143. Biaya variable sebesar Rp. 4.391.319,59, biaya operational sebesar Rp. 3.000.000. Besarnya nilai pengeluaran produksi untuk penyadapan getah pinus merupakan hasil pejumlahan antara biaya variable, biaya tetap, dan biaya operasioanal kemudian dikalikan dengan volume produksi getah, suku bunga yang berlaku dan jangka waktu kegiatan produksi. Dengan demikian besarnya biaya pengeluaran untuk kegiatan penyadapan getah pinus yakni  Rp. 3.42 ×1011 . Nilai pemasukan getah pinus dan pengeluaran getah pinus tersebut selanjutnya akan digunakan untuk analisis  Net Present Value (NPV).  Nilai bersih sekarang (NPV) merupakan selisih biaya yang diterima  dan biaya yang dikeluarkan dengan mempertimbangkan Time Value Of Money. Besarnya nilai Net Present Value (NPV) hasil usaha produksi getah pinus yakni sebesar Rp. 4.33×109   . Nilai tersebut lebih besar daripada 0 (NPV>0) yang berarti bahwa usaha pengolahan getah pinus di Perum Perhutani unit II Jawa Timur memberikan manfaat bagi perusahaan, artinya kegiatan tersebut dapat dijalankan oleh perusahaan. 
Kegiatan produksi getah pinus bertujuan untuk memperoleh menfaat dan keuntungan dari hasil penyadapan. Keuntungan akan diperoleh jika nilai Benefit Cost Ratio lebih besar atau sama dengan satu. Benefit Cost Ratio (BCR) dalam kegiatan usaha penyadapan getah pinus ini  merupakan ratio antara pemasukan getah pinus terhadap biaya pengeluaran untuk kegiatan penyadapan getah pinus. Sehingga nilai BCR yang diperoleh yakni 1.0 yang berarti bahwa kegiatan usaha produksi getah pinus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur memberikan keuntungan kepada perusahaan dan layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV dan BCR lebih besar dari 1 dalam usaha pengolahan getah pinus memiliki pengaruh terhadap besarnya tabungan.


Gambar 1. Grafik hasil pemodelan  usaha pengolahan getah pinus


            Berdasarkan grafik diatas pemodelan terhadap usaha pengolahan getah pinus menunjukkan perilaku yang eksponensial. Perilaku eksponensial merupakan perilaku pertumbuhan yang muncul dari umpan balik positif  (self reinforcing). Makin besar elemen dengan respon umpan balik positif maka semakin besar peningkatan bersih besaran elemen ini. Hasil analisis terhadap usaha pengolahan getah pinus menunjukkan bahwa dalam jangka waktu 2012-2022 besarnya Net Present Value akan mengalami peningkatan setiap tahunnya, yang berarti akan berpengaruh pula terhadap besarnya tabungan yang telah disimpan. Hal lain yang mempengaruhi besarnya tabungan yakni nilai suku bunga yang berlaku saat ini serta jangka waktu penyimpanan uang. Selain itu dalam pertumbuhan eksponensial dikenal istilah doubling time, yakni waktu yang dibutuhkan untuk tumbuh yang menjadi dua kali lipat.


Gambar 2 Konseptualisasi model pengolahan getah Pinus

Evaluasi Model
Evaluasi model kelayakan usaha pengelolaan getah pinus Perhutani unit II dilakukan dengan membandingkan volume produksi getah pinus dari tahun 2012 sampai tahun 2021. Berikut volume getah pinus dari tahun 2012 sampai tahun 2021 terdapat pada gambar 3.



Gambar 3 Perbandingan Volume getah pinus tahun 2012-2021

Berdasarkan model yang dibuat mengenai kelayakan usaha pengelolaan getah pinus Perhutani unit II, layak tidak nya usaha tersebut dapat diketahui dengan melakukan evaluasi terhadap model tersebut. Adapun evaluasi model ini selain untuk mengetahui kelayakan usaha, berfungsi juga untuk menguji hasil dugaan dan kelogisan model (Septiana, 2000).
Hal yang dapat dilakukan dalam evaluasi model kelayakan usaha pengelolaan getah pinus Perhutani unit II ini, yaitu dengan membandingkan volume getah pinus dari tahun 2012 hingga tahun 2021. Dapat dilihat bahwa, volume getah pinus mengalami peningkatan tiap tahunnya dimana hal ini dipengaruhi salah satunya oleh presentase pertumbuhan dari pohon pinus. Dengan adanya peningkatan volume getah pinus tiap tahun ini, sehingga membentuk kurva peningkatan atau pertumbuhan.
Peningkatan volume getah pinus ini juga berimplikasi pada pendapatan dari perhutani unit II selaku pengelolaan getah pinus. Sehingga berdasarkan perbandingan tersebut menunjukan bahwa presentase pertumbuhan pohon pinus berpengaruh terhadap volume getah pinus, dimana semakin tinggi pertumbuhan maka semakin tinggi pula volume getah yang dihasilkan atau diproduksi oleh pohon pinus dan tentu semakin tinggi pula pendapatan yang didapat.  

Penggunaan Model
Penggunaan model dilakukan untuk menerapkan model ke dalam skenario-skenario yang telah dirancang sebelumnya. Penggunaan model dalam berbagai skenario ini digunakan untuk mencapai tujuan dari pembuatan paper yaitu memperoleh rekomendasi pengelolaan usaha yang baik.
1.      Skenario pendapatan pada gondorukem 
Skenario pendapatan gondorukem diasumsikan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dapat diperoleh dengan menghitung ROI (Return on Investment). ROI merupakan persen dari rasio antara laba bersih operasi dalam waktu satu tahun dengan jumlah dana investasi perusahaan. Jika skenario ini dilaksanakan maka dalam jangka waktu 10 tahun dan pada tahun ke 10 perusahaan akan mendapatkan pendapatan bersih (NPV) pada harga Rp. 7000/kg sebesar Rp. 3.924.139.882.37 dengan nilai BCR sebesar 1.01 dan pada harga Rp. 13000/kg sebesar Rp. 184.117.714.255.64 dengan nilai BCR sebesar 1.59
2.      Skenario produksi getah
Skenario ini, perusahaan memiliki volume target produksi untuk getah yang dihasilkan. Produksi getah dimanfaatkan sebagai gondorukem sebagai pemenuhan kebutuhan pasar, sehingga produksi getah yang akan di dapat dalam jangka waktu 10 tahun pada tahun ke 10 sebesar 17.861.70.
3.      Skenario pengelolaan getah menjadi gondorukem dan terpentin
Pada skenario ini perusahaan melakukan pengelolaan getah yang menghasilkan bahan lainnya berupa gondorukem dan terpentin. Gondorukem dan terpentin dapat menghasilkan sumber pendapatan, sehingga pendapatan perusahaan berasal dari penjualan gondorukem dan terpentin. Perusahaan memiliki tabungan dari nilai Rp. 7000/kg pada tahun ke 10 sebesar Rp.  21.685.097.516, dan pada nilai Rp. 13.000/kg memiliki tabungan sebesar Rp. 1.018.109.126.334.87.
 4.      Penerapan keuntungan perusahaa
 Perusahaan harus dapat memanajemen bahan baku getah yang telah dipasok dari berbagai wilayah sekitar pabrik dengan memaksimalkan bahan baku, sehingga perusahaan memiliki profit lebih. Bahan baku yang baik dan berkualitas akan mampu menjadikan harga semakin tinggi dengan pertimbangan pengelolaannya. Periode penetapan waktu 10 tahun dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dengan pencapaian grafik yang terus meningkat dari tahun ke tahunnya.


SIMPULAN
Berdasarkan hasil model simulasi yang telah dilakukan, maka pengelolaan getah pinus PT Garahan Perum Perhutani II Jawa Timur termasuk kedalam usaha yang memberi keuntungan kepada perusahaan sehingga layak di lakukan karena nilai NPV yang dihasilkan dari scenario tersebut > 0 serta nilai BCR-nya sama dengan 1. Nilai NPV dan BCR lebih besar dari 1 dalam usaha pengolahan getah pinus memiliki pengaruh terhadap besarnya tabungan. Presentase pertumbuhan pohon pinus berpengaruh terhadap volume getah pinus, dimana semakin tinggi pertumbuhan maka semakin tinggi pula volume getah yang dihasilkan atau diproduksi oleh pohon pinus dan tentu semakin tinggi pula pendapatan yang didapat. 





DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Mentri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-II/2009 Strategi Pengembangan Hasil Hutan     Bukan Kayu Nasional. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan RI
Septiana A R. 2000. Simulasi Pengaturan Hasil Hutan. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan     IPB Bogor.
Suharisno, 2009. Grand Strategy Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Nasional.Prosiding    Workshop Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada: Pekan Raya Hutan dan Masyarakat 2009     Universitas Gadjah Mada, di Yogyakarta. Yogyakarta,    p.1-28.












LAMPIRAN

Gambar 4 Persamaan (equation) model pengolahan getah Pinus


Gambar 5 Tabel peningkatan volume produksi Getah Pinus Tahun 2012- 2022

Gambar 6 Jumlah tabungan untuk harga gondorukem terendah (BCR> 1) 

Gambar 7 Jumlah tabungan untuk harga gondorukem termahal di pasar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar