PENDUGAAN KETERSEDIAAN AIR TANAH (GROUND WATER)
Kelompok :
3
Anggota :
1. Hapsah Nurhapsari E14130038
2. Fikri Rizqiawan Nuryadin E14130039
3. Agus Nurjaman E14130042
4. M. Iakandar E14130043
5. Astria Rizka Utami E14130048
6. Friska Amalia E14130049
7. Sri Surahmi E14130052
8. Ria Dwi Afsari E14130053
9. Sephia Amar Tasbiel E14130057
10. Dewi Damayanti E14130058
Dosen :
Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Hutan merupakan penyedia jasa
lingkungan. Salah satu jasa lingkungan yang mampu diberikan oleh hutan adalah
pengendalian daur air. Tidak hanya sekedar menyediakan air bersih, akan tetapi
juga berperan dalam pengendalian erosi dan banjir. Daun dan ranting pohon
berperan sebagai penghalau dalam proses intersepsi air hujan yang turun ke bumi
sehingga dapat mencegah air langsung turun ke tanah. Air merupakan salah satu
sumberdaya alam
yang sangat penting bagi kehidupan didunia ini. Hal tersebut dikarenakan air
tidak hanya dibutuhkan oleh manusia namun dibutuhkan juga oleh flora maupun
fauna. Menurut Ayu et al. (2013),
ketersediaan air dalam tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara
langsung. Pada budidaya tanaman lahan kering, air merupakan faktor pembatas
yang paling menentukan dan sumber air utama bagi pertumbuhan tanaman adalah
hujan. Bervariasinya hujan, baik dalam jumlah, intensitas, dan waktu datangnya
hujan; dapat menjadi penyebab sulitnya prediksi waktu yang tepat melakukan
penanaman atau mengatur pola tanam yang diakibatkan oleh ketersediaan air yang
fluktuatif.
Masalah yang dihadapi mengenai
ketersedian air yaitu ketika musim hujan ketersediaannya berlimpah, sedangakan
saat musim kemarau sungai kering dan air sulit didapat. Hutan memiliki
kemampuan sebagai regulator air, artinya ia mampu mengatur, menyokong proses
alami dan menyediakan air bersih apabila ia dibiarkan tetap alami. Ia mampu
menyimpan air di musim hujan dimana ketersediaan air berlimpah, ia juga mampu
melepaskan air saat musim kemarau, saat dimana ketersediaan air sangat kurang. Di kala beberapa daerah mengalami banjir akibat curah
hujan yang tinggi, justru permasalahan krisis air bersih dan kelangkaan air
sering melanda daerah-daerah lainnya di Indonesia. Permasalahan krisis air
bersih di Indonesia tidak hanya terjadi pada satu daerah saja namun di beberapa
daerah di Indonesia juga sering mengalami kelangkaan air bersih.
Tujuan
Adapun tujuan dari
adanya makalah ini adalah untuk mendapatkan suatu bentuk model dan memprediksi jumlah ketersediaan air tanah (Ground Water)
di Kota Tasikmalaya dengan membandingkan data perkolasi.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Pendugaan ketersediaan air tanah (Ground Water) dilaksanakan pada tanggal 24 – 27 Desember 2016. Sementara itu, praktikum Biometrika Hutan dilakukan
pada hari Senin 2016 pukul 13.00–16.00 WIB yang bertempat di RK GU 301, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada pembuatan simulasi ini antara lain adalah:
1.
Alat tulis
2.
Kalkulator
3.
Perangkat lunak (software) Microsoft Word
4.
Perangkat lunak (software)Stella 9.0.2.
5.
Data
curah hujan dan luas RTH Kota
Tasikmalaya
Sementara
itu, bahan yang digunakan adalah data sekunder yang didapatkan dari studi
putaka mengenai curah hujan tahunan, data tutupan lahan beserta luasannya
beserta data koefisien limpasan pada setiap jenis tutupan lahan di Tasikmalaya.
Metode
Praktikum
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan pendugaan ini
antara lain sebagai berikut:
1. Menentukan suatu topik yang menjadi problem solving yang akan dimodelkan. Topik yang diambil pada makalah ini
adalah ketersediaan air di wilayah Kota Tasikmalaya
2. Mencari literatur yang terkait dengan topik pemodelan yang telah ditentukan. Literatur yang digunakan dalam penyusunan
makalah ini meliputi air tanah, siklus hidrologi, dan analisis sistem yang
dicari melalui browsing internet
3. Menentukan beberapa variabel kemudian membuat
simulasi keterkaitan antar variabel tersebut.Variabel yang digunakan antara lain :
-
Variabel tidak bebas : groundwater
-
Variabel bebas : curah hujan sisa, kumperkolasi
-
Auxiliary variable : selisih, intersepsi,
run off (RO)
-
Driving variable : curah hujan tahunan, luas RTH Tasikmalaya, pori-pori dinding sungai, debit ciliwung, luas penampang aliran,
konduktivitas hidrolika, aquifer, gradient hidrolik, porositas tanah
4. Mencari data dari literatur untuk mendukung penyusunan simulasi model
5. Menyusun
simulasi model
6. Menganalisis hasil penyusunan simulasi model yang telah dibuat
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Air
Tanah
Air
tanah adalah air yang
terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah
permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang
keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas
serta pemulihannya sulit dilakukan. Menurut Hendrayana (2002),
air tanah (groundwater)
adalah nama untuk menggambarkan air yang tersimpan di bawah tanah dalam batuan
yang permeabel. Periode penyimpanannya dapat berbeda waktunya bergantung dari
kondisi geologinya (beberapa minggu – tahun). Pergerakan air tanah dapat muncul
ke permukaan, dengan manifestasinya sebagai mata air (spring) atau sungai (river).
Air mengendalikan
hampir seluruh proses fisik, kimia, dan biologi yang terjadi di dalam tanah.
Air dalam tanah berperan sebagai pelarut dan agen pengikat antar
partikel-partikel tanah, yang selanjutnya berpengaruh terhadap stabilitas
struktur dan kekuatan tanah serta bahan geologik. Secara kimia, air berperan
sebagai agen pengangkut zat terlarut dan suspensi yang terlibat dalam
perkembangan tanah dan degradasi. Dengan melalui pengaruhnya pada hampir semua
proses kimia dan fisika alami, seluruh proses kehidupan tergantung air tanah.
Produksi biologi dalam tanah, juga produksi hutan dan tanaman pertanian sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan air, yang pada gilirannya tergantung sifat-sifat tanah dan
kandungan air di dalam tanah.
Teknik pengukuran kadar
air tanah diklasifikasikan ke dalam dua cara, yaitu langsung dan tidak
langsung. Pengukuran secara langsung adalah berupa pemisahan air dari matrik
tanah dan pengukuran langsung dari jumlah air yang dipisahkan tersebut.
Pemisahan air dari matriks tanahdapat dicapai melalui: (1) pemanasan; (2)
ekstraksi dan penggantian oleh larutan; atau (3) reaksi kimia. Jumlah air yang
dipisahkan ditentukan dengan: (1) mengukur perubahan massa/berat setelah
pemanasan dan (2) pengukuran kuantitatif dari hasil reaksi. Pemisahan air
dengan pemanasan biasa disebut dengan metode gravimetrik, dan merupakan metode
pengukuran secara langsung (Topp dan
Ferre 2002).
Dalam
sebuah permodelan kasus dapat diterapkan
menggunakan permodelan stella. Stella
adalah perangkat lunak untuk modeling berbasis “flow-chart”. Stella termasuk bahasa pemrograman interpreter dengan
pendekatan lingkungan multi-level
hierarkis, baik untuk menyusun maupun berinteraksi dengan model. Di dalam
program STELLA ada tiga jenjang (layering) untuk mempermudah pengelolaan
model, terutama untuk model yang sangat kompleks. Hal ini sangat bermanfaat
baik untuk pembuat program model maupun untuk pengguna model tersebut (Rowe
1999).
Air Tanah Sebagai Hasil
dari Siklus Hidrologi
Air tanah merupakan
salah satu faset dalam daur hidrologi , yakni suatu peristiwa yang selalu
berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali
ke atmosfer; penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman, pengembunan
membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam tanah atau badan air dan penguapan kembali .
Dari daur hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan
air permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi
termasuk bentuk topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan
penutup, serta manusia yang berada di permiukaan. Air tanah dan air permukaan
saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi (pemompaan, pencemaran dll)
terhadap air tanah akan memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya.
Siklus
hidrologi merupakan suatu rangkaian proses peristiwa dimana air di bumi menguap
ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi dalam bentuk air (hujan) melalui berbagai
tahapan, dan peristiwa ini terjadi secara berulang
(Soemarto 1995). Prosesnya belangsung mulai dari tahap awal terjadinya proses
penguapan (evaporasi) secara vertikal dan di udara mengalami pengembunan, lalu
terjadi hujan akibat berat air atau salju yang ada di gumpalan awan. Air hujan
jatuh ke permukaan tanah sebagian diuapkan kembali, sebagian mengalir sebagai run off dan sebagian langsung masuk ke
dalam tanah (infiltrasi, perkolasi, kapiler).
Air hujan yang meresap ke dalam
tanah terus bergerak masuk ke bawah dan
akan tersimpan di dalam tanah, disebut dengan air tanah. Air tanah adalah air
yang berada di wilayah jenuh
di bawah permukaan tanah.
Aliran air tanah dapat dibedakan menjadi menjadi aliran tanah dangkal, aliran tanah antara
dan aliran dasar (base flow). Aliran dasar (base flow) merupakan
aliran yang mengisi sistem jaringan sungai. Penyimpanan air tanah besarnya
tergantung dari kondisi geologi setempat dan waktu. Kondisi tata guna lahan
juga berpengaruh terhadap tampungan air tanah, misalnya lahan hutan yang
beralih fungsi mejadi daerah pemukiman dan curah hujan daerah tersebut. Sebagai
permulaan dari simulasi harus ditentukan penyimpangan awal (initial storage).
Infiltrasi
Hutan adalah suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan memiliki peran penting untuk fungsi serta
siklus hidrologi. Siklus
hidrologis adalah rangkaian peristiwa yang terjadi pada air, dari saat jatuh ke
bumi hingga menguap ke atmosfer dan kemudian jatuh kembali ke bumi. Hujan
merupakan masukan utama dalam siklus hidrologis, butiran air hujan yang jatuh
ke bumi mempunyai daya pukul untuk menghancurkan agregat tanah, sehingga dari
proses tersebut akan mempengaruhi besarnya air yang masuk ke dalam tanah.
Banyaknya air yang masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi. Infiltrasi
dapat diartikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah sebagai akibat gaya
kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi (gerakan air ke arah vertikal) (Asdak 2002).
Faktor-faktor
yang memerngaruhi proses dan laju infiltrasi
antara lain kedalaman genangan dan tebal lapis jenuh, kelembaban tanah,
pemadatan oleh hujan, tanaman penutup, intensitas hujan, dan sifat-sifat fisik
tanah. Faktor-faktor tersebut berinteraksi sehingga mempengaruhi besarnya
infiltrasi dan limpasan permukaan. Semakin besar air hujan yang masuk ke dalam
tanah, berarti semakin kecil limpasan permukaan yang terjadi sehingga besarnya
banjir dapat ditekan. Semakin besar air yang masuk ke dalam tanah (bumi) akan
meningkatkan aliran air dasar (base flow) yang ke luar dari aliran bawah
tanah, berfungsi menjaga kontinuitas aliran sungai melalui mata air. Proses infiltrasi adalah
bagian yang sangat penting dalam daur hidrologi maupun dalam proses
pengalihragaman hujan menjadi aliran di sungai. Dengan adanya proses infiltrasi
maka dapat mengurangi terjadinya banjir, mengurangi terjadinya erosi tanah.
Selain itu kegunaan dari infiltrasi adalah memenuhi kebutuhan tanaman dan
vegetasi akan air, mengisi kembali
reservoir tanah dan menyediakan aliran sungai pada saat musim kemarau (Suryatmojo
2006).
Analisis Sistem
Sistem
adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk
mencapai suatu tujuan. Dalam hubungannya dengan ilmu alam dan ilmu hayat,
sistem adalah sekumpulan hubungan fisik komponen-komponen yang dipengaruhi oleh
kesatuan batas dan fungsi. Sistem adalah suatu kumpulan dari materi-materi dan
proses-proses yang “berkomunikasi” yang bersama-sama membentuk suatu fungsi.
Analisis sistem didefinisikan sebagai
aplikasi yang bersifat paling langsung dari metode ilmiah untuk suatu masalah
yang mencakup sistem yang kompleks, analisis sistem merupakan kesatuan dari
teori-teori dan teknik untuk mempelajari, menggambarkan, dan membuat prediksi
tentang sesuatu yang kompleks yang besarnya dicirikan dengan penggunaan prosedur-prosedur
matematis dan statistik tingkat tinggi serta penggunaan komputer. Analisis sistem merupakan
pendekatan filosofis sekaligus kumpulan teknik termasuk simulasi. Oleh karena itu, ketersediaan air tanah yang
merupakan kesatuan atau bagian dari siklus hidrologi dapat diklasifikasikan ke
dalam sebuah sistem alam untuk mencapai keseimbangan ekosistem yang dapat
bermanfaat bagi manusia. Pemodelan sistem merupakan salah satu cara
penyederhanaan suatu sistem untuk dilakukan analisis, simulasi, maupun evaluasi.
Proses pembuatan model sistem harus disesuaikan dengan realita yang terjadi
pada kehidupan nyata agar hasil yang diperoleh akurat dan dapat diterapkan
Spesifikasi Model
Gambar 1 Model Ground Water
State variabel yang mempengaruhi
Infiltasi ialah Curah Hujan, Intersepsi, Run
off, dan Porositas tanah. Curah hujan diatas permukaan tanah ada yang
menumbuk tanah secara langsung, ada juga yang menumbuk tajuk terlebih dahulu
yang diwakili oleh state variabel
Luas RTH. Jumlah air terinfiltrasi adalah jumlah curah hujan sisa yang jatuh
diatas permukaan wilayah administrasi Tasikmalaya setelah dikurangi Run off dan air terintersepsi (keluaran)
dan dikalikan dengan porositas tanah. Porositas tanah sendiri merupakan daya
alir tanah dalam mengalirkan air yang masuk ke dalam tanah. RTH berbanding
terbalik dengan RO, semakin luas RTH makan RO akan semakin kecil. Sedangkan
Intersepsi berbanding lurus dengan RTH, semakin luas RTH maka intersepsinya
juga akan semakin luas.
Inflow lain yang berpengaruh langsung selain kumulatif infiltrasi
ialah influence. Influence/influent didefinisikan sebagai rembesan air sungai ke
dalam tanah yang jatuh sebagai aquifer/air tanah (Asdak 2010). Influence diduga dengan menghitung
jumlah debit yang masuk ke outlet sungai Citanduy terhadap pori-pori dinding
sungainya. Outflow dibatasi hanya
untuk perkolasi dan bermuara pada stock
Kumulatif Perkolasi. Perkolasi merupakan hasil perkalian antara tiga state variabel yakni Luas penampang
aliran, Konduktivitas Hidrolika, dan Gradien Hidrolik. Hasil Korelasi antar
seluruh state variabel yang terkait bertumpu pada stock Ground Water. Hasil Run Spec
untuk stock Ground Water dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Respon Ground Water terhadap
tiga perlakuan Luas RTH
Gambar 3 Hubungan Ground Water
dengan Kumperkolasi
Grafik 1 merupakan respon
Ground Water terhadap RTH seluas 810
Ha, sedangkan untuk Grafik 2 menyatakan respon Ground Water terhadap RTH dengan luas 1000 Ha. Grafik 3 menyatakan
respon Ground Water terhadap luas RTH
4000 Ha. Gambar 3 diketahui Ground Water
dan Kumperkolasi memiliki hubungan. Dapat dilihat, garfik menunjukkan hubungan
antara Ground Water dengan
Kumperkolasi. Grafik tersebut ber-slope positif, ketika jumlah Ground Water meningkat, maka
kumperkolasi juga akan meningkat, sehingga air yang mengalir akan lebih banyak.
Evaluasi Model
Model Ground Water yang tersedia diatas pada dasarnya belum sepenuhnya dapat menduga keadaan nyata yang terjadi di lapang. Keadaan yang ada di lapangan tidak hanya dipengaruhi oleh
infiltrasi tanah, namun juga dipengaruhi oleh kondisi lapisan aqifer tanah.
Lapisan equifer tanah menunjukkan jumlah air sebenarnya yang tersedia di tanah
dan tidak dipengaruhi oleh curah hujan serta influence. Lapisan tersebut akan berkaitan dengan kapasitas tanah
untuk mengikat air. Model Ground Water seperti pada Gambar 1 dapat digunakan apabila dapat
melibatkan lapisan equifer tanah dan kapasitas maksimal tanah dalam mengikat
air.
Respon Ground Water
terhadap kondisi RTH pada dasarnya akan berbanding lurus, RTH yang semakin luas
akan meningkatkan Ground Water dan
sebaliknya seperti halnya yang ditunjukan pada Gambar 2. Intersepsi, Run off, dan
Porositas tanah
yang menjadi state variabel dalam
model Ground Water ini akan bervariasi
dalam memengaruhi jumlah air. Intersepsi yang besar oleh tajuk akan menahan air
yang jatuh dari atas langit keatas permukaan tanah sehingga akan menurunkan
laju Run off di
permukaan tanah. Selain itu, intersepsi oleh tajuk akan mengurangi energi
kinetik air jatuh yang menumbuk tanah sehingga akan mengurangi erosi permukaan
dan meingkatkan porositas tanah. Porositas tanah yang baik akan menghasilkan
kemampuan infiltasri air yang baik pula. Kondisi tersebut tentunya akan
meningkatkan Ground Water serta tata
air yang baik pada RTH. Perubahan luas
RTH tentunya akan berdampak serius terhadap Stock Ground
Water dan
kemampuan tata air suatu tempat. Kumperkolasi yang tersususn dari pengalian luas penampang aliran, konduktivitas hidrolika, dan gradien hidrolik akan beranding lurus terhadap Ground Water seperti yang terdapat pada Gambar 3.
SIMPULAN
Ketersediaan air tanah Tasikmalaya akan meningkat apabila luas
hutan semakin besar, terlihat jika RTH yang ada ditambah hingga menjadi 4000 Ha. Oleh karena itu, untuk
mencegah krisis air tanah sangat diperlukan pengaturan luasan tutupan lahan
hutan sesuai kebutuhan masyarakat karena pada dasarnya penduduk di Tasikmalaya
dalam kesehariannya menggunakan air tanah untuk beragam keperluan
sehari-hari. Selain itu,
ketersediaan air tanag (ground water)
pun berbading lurus terhadap kumulatif perkolasi yang terjadi di Tasikmalaya,
yang berarti semakin banyak ketersediaan air tanah, maka semakin banyak pula
air yang akan dialirkan dari suatu lapisan tanah ke lapisan tanah lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Asdak C.
2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Ayu
WI, Prijono S, Soemarno. 2013. Evaluasi ketersediaan air tanah lahan kering di
Kecamatan Unter Iwes, Sumbawa Besar.
J-PAL. 4 (1).
Hendrayana
H. 2002. Dampak Pemanfaatan Air Tanah .Yogyakarta(ID) : UGM Press.
Rowe
E. 1999.
The safety-net
role of tree roots in hedgerow intercropping systems [disertasi]. London(UK):
University of London.
Soemarto. 1995. Hidrologi Teknik. Jakarta(ID): Erlangga.
Suryatmojo
H. 2006. Konsep Dasar Hidrologi Hutan.
Yogyakarta (ID) : . Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan UGM.
Topp GC,
Ferre P A. 2002. The Soil Phase. Methods of Soil Analysis. SSSA Book Series. No 5: Part 4. Physical Methods. Madison (US): Soil Science
Society of America.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar