PAPER KULIAH BIOMETRIKA
MODEL SIMULASI ANALISIS
KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GETAH PINUS PT GARAHAN PERUM PERHUTANI
UNIT II
JAWA TIMUR
JAWA TIMUR
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Anggota:
1.
Gasa
Taufik Ridhla E14130095
2.
Katimatus
Sa’adah E14130101
3.
Dea
Marchia Ivone E14130109
4.
Ferina
Kusumaningtyas E14130112
5.
Ditas
Ditania Yudhisti E14130113
6.
Raka Aditya
Wibisono E14130114
7.
Nur’el
Ayuningdyah E14130116
8.
Lintang
Cahyaningrum E14130117
9.
Ariya Dwi
Cahya E14130118
Dosen
Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
HUTAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2016
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Paradigma baru sektor kehutanan
memandang sumber daya hutan mempunyai potensi multi fungsi yang dapat
memberikan manfaat ekonomi, lingkungan dan sosial bagi kesejahteraan umat
manusia. Sumber daya hutan juga bersifat multi guna dan memuat multi
kepentingan serta pemanfaatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Manfaat tersebut bukan hanya berasal dari Hasil Hutan Kayu
yang hanya memberikan sumbangan 20%, melainkan juga manfaat hasil hutan bukan
kayu (HHBK) dan jasa lingkungan (pemanfaatan aliran air, pemanfaatan air,
wisata alam, perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan
perlindungan), yang memberikan sumbangan terbesar yakni 80 %, namun hingga saat
ini potensi HHBK tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal (Permenhut
2009).
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
menurut Permenhut tersebut adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani
dan turunannya yang berasal dari hutan kecuali kayu. Produk HHBK ini mencakup
(1) hasil nabati beserta turunannya seperti kayu, rotan, bambu, rerumputan,
tanaman obat, jamur, getah-getahan, bagian atau yang dihasilkan tetumbuhan; dan
(2) hasil hewani beserta turunannya seperti satwa liar dan hasil
penangkarannya, satwa buru, satwa elok, serta bagian atau yang dihasilkan hewan
hutan. Gondorukem dan terpentin adalah salah satu hasil hutan bukan kayu yang
berasal dari getah pinus yang memiliki prospek yang cerah. Pemanfaatan HHBK
pada umumnya masih bersifat tradisional dan masih menghadapi banyak kendala
pengembangannya baik pada aspek budidaya, skala ekonomi, penanganan pasca
panen, pengolahannya sederhana, rendahnya daya saing, kualitas produk serta
pemasaran lokal. Pemungutan HHBK lebih banyak dilakukan secara manual
(non-mekanis) yang tidak menimbulkan dampak kerusakan lingkungan.
Secara
ekonomis HHBK memiliki nilai ekonomi tinggi dan berpeluang untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Walaupun memiliki nilai ekonomi tinggi
namun pengembangan usaha dan pemanfaatan HHBK selama ini belum dilakukan secara
intensif sehingga belum dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat (lampiran Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor: P.21/Menhut-II/2009). Akan tetapi, selama ini HHBK hampir tidak
tersentuh dalam kegiatan kehutanan yang masih mengandalkan hasil hutan kayu
baik dari hutan alam maupun dari hutan tanaman. Padahal potensi pemanfaatan
yang bernilai ekonomis sangat besar yang perlu digali dan pengelolaan perlu
dioptimalkan (Suharisno 2009). Dengan pengembangan pengelolaan HHBK diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Oleh karena itu pada penelitian ini
dilakukan pemodelan sistem untuk simulasi pengelolaan hasil hutan bukan kayu di PGT Garahan Perum Perhutani II Jawa Timur
Tujuan
Tujuan
dari paper ini adalah menyusun dan membuat model simulasi pengelolaan hasil hutan bukan kayu dan menganalisis biaya produksi serta kelayakan
usaha dari PGT Garahan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur
Manfaat
Manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Model
simulasi pengelolaan hutan ini diharapkan dapat membantu dan
memberikan
masukan bagi perusahaan dalam pengelolaan hasil hutan dalam
rangka
meningkatkan pendapatan perusahaan.
2. Memberikan
informasi mengenai hasil hutan bukan kayu yang memiliki
potensi untuk
dikembangkan di PGT Garahan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur
Rumusan Masalah
Pengelolaan
usaha di PGT Garahan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur tidak hanya harus mampu
menghasilkan pendapatan bagi perusahaan namun juga harus mampu meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Pengembangan pengelolaan hasil hutan akan meningkatkan
hasil berupa manfaat ekonomi yang lebih besar bagi perusahaan maupun masyarakat
di sekitar hutan. permasalahan pokok dalam paper ini adalah apakah pengelolaan hutan saat ini sudah mampu
memberikan keuntungan bagi perusahaan yang dapat dikembangkan untuk
meningkatkan pendapatan perusahaan. Bagaimana perusahaan dapat memilih skenario
pengelolaan hutan melalui simulasi yang dapat memprediksi hasil produksi
gondorukem dan terpentin dan memprediksi kerugian. Sehingga dibutuhkan suatu
analisis manfaat dan biaya dari beberapa variabel ekonomi melalui pendekatan
pemodelan sistem.
Hipotesis
Model
pengelolaan di PGT Gaharan Perum Perhutani Unit II Jawa timur yang layak diusahakan dan memberikan manfaat untuk perusahaan dan
masyarakat sekitar adalah model pengelolaan usaha hasil hutan bukan
kayu gondorukem dan terpentin. Model pengelolaan ini diduga dapat memberikan hasil
produk gondorukem dan terpenting yang tinggi.
METODOLOGI
Waktu dan Lokasi
Lokasi
penelitian dilakukan di KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam pembuatan paper ini adalah alat tulis, software stella
9.0.2 sedangkan bahan yang digunakan dalam pembuatan paper ini adalah data
sekunder yang berkaitan dengan pengelolaan usaha hasil hutan bukan kayu
gondorukem dan terpentin di PGT
Gaharan Perum Perhutani Unit II Jawa timur
Metode Pengumpulan Data
Paper ini
menggunakan data sekunder yang didapatkan dari internet dan pengalaman
praktikum
Prosedur Analisis Data
Prosedur
analisis data meliputi:
1. Melakukan
formulasi model konseptual yaitu antara lain : Persiapan tujuan, Batas sistem,
Penggolongan komponen (state variable/stock, driving variable, konstanta,
auxiliary variable, material dan informasi transfer, source and sink),
Identifikasi hubungan antar komponen, Penyajian model konseptual, Penggambaran
perilaku model yang diharapkan.
2. Spesifikasi
model kuantitatif : Pemilihan model, Penetapan Basic Time Unit, Identifikasi
Bentuk Persamaan Hubungan antar variable, Pendugaan parameter persamaan,
Penyajian model persamaan
3. Evaluasi
model : menilai struktur dan hubungan fungsional yang ada dalam model,
mengevaluasi apakah perilaku model sesuai yang diharapkan, menguji hasil dugaan
model dengan data yang dikumpulkan dari sistem nyata, dan melakukan analisis
kepekaan.
4. Penggunaan
Model
a. Melakukan
pengujian terhadap hipotesis yang telah disusun
b. Melakukan
pendugaan terhadap parameter penting
c. Melakukan
simulasi melalui perubahan input untuk mengetahui perubahan perilaku model
d. Melakukan
percobaan untuk perbaikan manajemen
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Isu, Tujuan,
dan Batasan
Isu
yang diangkat pada model yang digunakan di laporan ini mengangkat tentang tabungan yang
didapatkan dari pendapatan petani getah pada hutan rakyat dengan mengembangkan
usahanya dengan getah tersebut. Tujuan dari pembuatan model pada laporan ini
yaitu mengetahui NPV dan BCR untuk mendapatkan nilai dari tabungan yang didapatkan
oleh petani. Pembuatan model ini memperhatikan volume produksi getah, jangka
waktu, suku bunga dan jangka waktu pengelolaan.
Batasan-batasan
yang digunakan dalam penyusunan model simulasi ini antara lain:
1.
Lokasi, yaitu lahan milik PGT
Garahan, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
2.
Pohon Pinus
dimanfaatkan getahnya, yaitu dalam bentuk Terpentin dan Gondorukeun
3. Kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dilihat
dari hasil produksi dalam periode 2 tahun produksi.
4.
Presentase pertumbuhan adalah presentase dari produksi
getah
5.
Volume produksi getah merupakan
penjumlahan volume produksi gondorukem dan terpentin
6.
Harga terpentin dan
gondorukem ditentukan
berdasarkan analisa model yang dibuat.
7. Pendapatan merupakan besarnya pemasukan pengelolaan
getah pinus setelah
dikurangi biaya-biaya pengeluaran dalam pengelolaan hutan
pinus.
8.
Pemasukan merupakan besarnya uang (manfaat) dari
getah pinus dalam satu kali produksi
9. Pengeluaran merupakan besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk produksi getah pinus pada periode yang telah ditetapkan
Formulasi Model Konseptual
Konseptualisasi
model dilakukan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh terhadap model yang akan
dibuat. Konseptualisasi model dilakukan dengan mengidentifikasikan semua
komponen yang terlibat dalam pemodelan dan mengelompokannya ke dalam beberapa
bagian. Model simulasi pengelolaan hutan
ini hanya terdiri dari dari model utama yaitu model pengelolaan usaha getah pinus
Spesifikasi Model
Pengelolaan Usaha Getah Pinus
Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK
yang berasal dari pengolahan getah pinus adalah jenis Gondorukem dan terpentin. Gondorukem digunakan sebagai bahan
baku yang penting bagi industri-industri batik, kulit, sabun cuci, cat,
isolator, kertas dan vernis. Sedangkan terpentin digunakan untuk bahan industri
cat dan vernis, ramuan semir sepatu, pelarut bahan organik, bahan pembuatan
kamper sintetis serta kegunaan lainnya. Analisis
biaya pengolahan getah pinus dilakukan untuk menentukan struktur
biaya perusahaan dalam kegiatan produksi. Produksi gondorukem dan terpentin yang dianalisis oleh
praktikan berlokasi di
pabrik gondorukem dan terpentin garahan, perum perhutani unit II Jawa Timur. Besarnya volume
produksi getah pinus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur yakni 12216.141
ton/tahun. Besarnya nilai inflow untuk kegiatan produksi getah pinus merupakan hasil perkalian antara persentase
pertumbuhan yakni sebesar 0.35% dengan volume produksi getah pinus. Dengan
demikian akan diperoleh nilai inflow untuk produksi getah pinus sebesar 6252
ton/tahun. Sedangkan variable yang mempengaruhi outflow adalah persentase
pertumbuhan yakni sebesar 0.35% , Kapasitas produksi getah maksimal yakni
sebesar 18000 dari volume produksi getah pinus.
Volume produksi getah pinus sendiri merupakan hasil akumulasi dari
volume produksi gondorukem dan volume produksi terpentin.
Volume produksi
terpentin adalah hasil perkalian antara 0.149 dengan volume produksi getah
pinus. Volume produksi gondoruken merupakan hasil perkalian antara 0.176 dengan
volume produksi getah pinus. Pemasukan untuk terpentin sebesar Rp
44.175.600000. Nilai tersebut merupakan
hasil perkalian dari volume terpentin yang berhasil disadap terhadap harga yang berlaku di pasaran. Harga terpentin yang
berlaku di pasar yakni Rp 16.600.000. Besarnya pemasukan untuk gondoruken
merupakan hasil perkalian antara volume gondurukem yang disadap terhadap harga
gondorukem dipasar. Sehingga nilai pemasukan perusahaan untuk hasil gondorukem
yakni sebesar Rp. 8.95×1010 . Dengan demikian akan diperoleh nilai
pemasukan getah pinus perusahaan secara keseluruhan yakni dengan menjumlahkan
pemasukan terpentin dan gondorukem, kemudian
mengalikannya suku bunga yang berlaku sebesar 0.1% serta jangka waktu
kegiatan yakni selama 1 tahun. Besarnya nilai pemasukan untuk getah pinus di Perum Perhutani unit II Jawa Timur yakni Rp. 3.46 ×1011 .
Biaya pengeluaran untuk kegiatan penyadapan
getah pinus terdiri dari biaya tetap sebesar Rp. 9.336.902,143. Biaya variable
sebesar Rp. 4.391.319,59, biaya operational sebesar Rp. 3.000.000. Besarnya
nilai pengeluaran produksi untuk penyadapan getah pinus merupakan hasil
pejumlahan antara biaya variable, biaya tetap, dan biaya operasioanal kemudian
dikalikan dengan volume produksi getah, suku bunga yang berlaku dan jangka
waktu kegiatan produksi. Dengan demikian besarnya biaya pengeluaran untuk kegiatan
penyadapan getah pinus yakni Rp. 3.42 ×1011 . Nilai pemasukan
getah pinus dan pengeluaran getah pinus tersebut selanjutnya akan digunakan
untuk analisis Net Present Value
(NPV). Nilai bersih sekarang (NPV)
merupakan selisih biaya yang diterima
dan biaya yang dikeluarkan dengan mempertimbangkan Time Value Of Money. Besarnya nilai Net Present Value (NPV) hasil
usaha produksi getah pinus yakni sebesar Rp. 4.33×109 . Nilai tersebut lebih besar daripada
0 (NPV>0) yang berarti bahwa usaha pengolahan getah pinus di Perum Perhutani
unit II Jawa Timur memberikan manfaat bagi perusahaan, artinya kegiatan
tersebut dapat dijalankan oleh perusahaan.
Kegiatan produksi getah pinus bertujuan untuk
memperoleh menfaat dan keuntungan dari hasil penyadapan. Keuntungan akan
diperoleh jika nilai Benefit Cost Ratio lebih
besar atau sama dengan satu. Benefit Cost
Ratio (BCR) dalam kegiatan usaha penyadapan getah pinus ini merupakan ratio antara pemasukan getah pinus
terhadap biaya pengeluaran untuk kegiatan penyadapan getah pinus. Sehingga
nilai BCR yang diperoleh yakni 1.0 yang berarti bahwa kegiatan usaha produksi
getah pinus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur memberikan
keuntungan kepada perusahaan dan layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV dan BCR
lebih besar dari 1 dalam usaha pengolahan getah pinus memiliki pengaruh
terhadap besarnya tabungan.
Gambar 1. Grafik hasil pemodelan usaha pengolahan getah pinus
Berdasarkan grafik
diatas pemodelan terhadap usaha pengolahan getah pinus menunjukkan perilaku
yang eksponensial. Perilaku eksponensial merupakan perilaku pertumbuhan yang muncul dari umpan balik positif
(self reinforcing). Makin
besar elemen dengan respon umpan balik positif maka semakin besar peningkatan
bersih besaran elemen ini. Hasil
analisis terhadap usaha pengolahan getah pinus menunjukkan bahwa dalam jangka
waktu 2012-2022 besarnya Net Present Value akan mengalami peningkatan setiap
tahunnya, yang berarti akan berpengaruh pula terhadap besarnya tabungan yang
telah disimpan. Hal lain yang mempengaruhi besarnya tabungan yakni nilai suku
bunga yang berlaku saat ini serta jangka waktu penyimpanan uang. Selain itu
dalam pertumbuhan eksponensial dikenal istilah doubling time, yakni waktu yang
dibutuhkan untuk tumbuh yang menjadi dua kali lipat.
Gambar 2
Konseptualisasi model pengolahan getah Pinus
Evaluasi Model
Evaluasi model
kelayakan usaha pengelolaan getah pinus Perhutani unit II dilakukan dengan
membandingkan volume produksi getah pinus dari tahun 2012 sampai tahun 2021.
Berikut volume getah pinus dari tahun 2012 sampai tahun 2021 terdapat pada
gambar 3.
Berdasarkan model yang dibuat mengenai kelayakan
usaha pengelolaan getah pinus Perhutani unit II, layak tidak nya usaha tersebut
dapat diketahui dengan melakukan evaluasi terhadap model tersebut. Adapun
evaluasi model ini selain untuk mengetahui kelayakan usaha, berfungsi juga
untuk menguji hasil dugaan dan kelogisan model (Septiana, 2000).
Peningkatan volume getah pinus ini juga berimplikasi
pada pendapatan dari perhutani unit II selaku pengelolaan getah pinus. Sehingga
berdasarkan perbandingan tersebut menunjukan bahwa presentase pertumbuhan pohon
pinus berpengaruh terhadap volume getah pinus, dimana semakin tinggi
pertumbuhan maka semakin tinggi pula volume getah yang dihasilkan atau
diproduksi oleh pohon pinus dan tentu semakin tinggi pula pendapatan yang
didapat.
Penggunaan Model
Penggunaan
model dilakukan untuk menerapkan model ke dalam skenario-skenario yang telah
dirancang sebelumnya. Penggunaan model dalam berbagai skenario ini digunakan
untuk mencapai tujuan dari pembuatan paper yaitu memperoleh rekomendasi
pengelolaan usaha yang baik.
1. Skenario
pendapatan pada gondorukem
Skenario pendapatan gondorukem diasumsikan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dapat diperoleh dengan menghitung ROI (Return on Investment). ROI merupakan persen dari rasio antara laba bersih operasi dalam waktu satu tahun dengan jumlah dana investasi perusahaan. Jika skenario ini dilaksanakan maka dalam jangka waktu 10 tahun dan pada tahun ke 10 perusahaan akan mendapatkan pendapatan bersih (NPV) pada harga Rp. 7000/kg sebesar Rp. 3.924.139.882.37 dengan nilai BCR sebesar 1.01 dan pada harga Rp. 13000/kg sebesar Rp. 184.117.714.255.64 dengan nilai BCR sebesar 1.59
Skenario pendapatan gondorukem diasumsikan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dapat diperoleh dengan menghitung ROI (Return on Investment). ROI merupakan persen dari rasio antara laba bersih operasi dalam waktu satu tahun dengan jumlah dana investasi perusahaan. Jika skenario ini dilaksanakan maka dalam jangka waktu 10 tahun dan pada tahun ke 10 perusahaan akan mendapatkan pendapatan bersih (NPV) pada harga Rp. 7000/kg sebesar Rp. 3.924.139.882.37 dengan nilai BCR sebesar 1.01 dan pada harga Rp. 13000/kg sebesar Rp. 184.117.714.255.64 dengan nilai BCR sebesar 1.59
2.
Skenario produksi getah
Skenario
ini, perusahaan memiliki volume target produksi untuk getah yang dihasilkan.
Produksi getah dimanfaatkan sebagai gondorukem sebagai pemenuhan kebutuhan
pasar, sehingga produksi getah yang akan di dapat dalam jangka waktu 10 tahun
pada tahun ke 10 sebesar 17.861.70.
3.
Skenario pengelolaan getah menjadi gondorukem
dan terpentin
Pada
skenario ini perusahaan melakukan pengelolaan getah yang menghasilkan bahan
lainnya berupa gondorukem dan terpentin. Gondorukem dan terpentin dapat
menghasilkan sumber pendapatan, sehingga pendapatan perusahaan berasal dari
penjualan gondorukem dan terpentin. Perusahaan memiliki tabungan dari nilai Rp.
7000/kg pada tahun ke 10 sebesar Rp.
21.685.097.516, dan pada nilai Rp. 13.000/kg memiliki tabungan sebesar
Rp. 1.018.109.126.334.87.
4. Penerapan keuntungan perusahaa
Perusahaan harus dapat memanajemen bahan baku getah yang telah dipasok dari berbagai wilayah sekitar pabrik dengan memaksimalkan bahan baku, sehingga perusahaan memiliki profit lebih. Bahan baku yang baik dan berkualitas akan mampu menjadikan harga semakin tinggi dengan pertimbangan pengelolaannya. Periode penetapan waktu 10 tahun dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dengan pencapaian grafik yang terus meningkat dari tahun ke tahunnya.
4. Penerapan keuntungan perusahaa
Perusahaan harus dapat memanajemen bahan baku getah yang telah dipasok dari berbagai wilayah sekitar pabrik dengan memaksimalkan bahan baku, sehingga perusahaan memiliki profit lebih. Bahan baku yang baik dan berkualitas akan mampu menjadikan harga semakin tinggi dengan pertimbangan pengelolaannya. Periode penetapan waktu 10 tahun dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dengan pencapaian grafik yang terus meningkat dari tahun ke tahunnya.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil model
simulasi
yang telah dilakukan, maka pengelolaan getah pinus PT
Garahan Perum Perhutani II Jawa Timur termasuk kedalam
usaha yang memberi keuntungan kepada perusahaan sehingga layak di lakukan
karena nilai NPV yang dihasilkan dari scenario tersebut > 0 serta nilai
BCR-nya sama dengan 1. Nilai NPV dan
BCR lebih besar dari 1 dalam usaha pengolahan getah pinus memiliki pengaruh
terhadap besarnya tabungan. Presentase pertumbuhan pohon pinus
berpengaruh terhadap volume getah pinus, dimana semakin tinggi pertumbuhan maka
semakin tinggi pula volume getah yang dihasilkan atau diproduksi oleh pohon
pinus dan tentu semakin tinggi pula pendapatan yang didapat.
DAFTAR
PUSTAKA
Peraturan Mentri Kehutanan Nomor
P.19/Menhut-II/2009 Strategi
Pengembangan Hasil
Hutan
Bukan
Kayu Nasional. Jakarta
(ID): Departemen Kehutanan RI
Septiana
A R. 2000. Simulasi Pengaturan Hasil Hutan. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB Bogor.
Suharisno, 2009.
Grand Strategy Pengembangan Hasil Hutan
Bukan Kayu Nasional.Prosiding
Workshop Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada: Pekan Raya Hutan
dan Masyarakat 2009 Universitas Gadjah Mada, di Yogyakarta. Yogyakarta, p.1-28.
LAMPIRAN
Gambar 4 Persamaan (equation) model pengolahan getah Pinus
Gambar 5 Tabel peningkatan volume produksi Getah Pinus Tahun 2012- 2022
Gambar 7 Jumlah tabungan untuk
harga gondorukem termahal di pasar